Usianya kini telah hampir mencapai 60 tahun dengan perawakan
tinggi kurus, sifatnya yang penyabar dan ramah membuat ia terlihat awet muda.
Profesinya sebagai seorang guru telah ia jalani selama berpuluh-puluh tahun dan
menuntutnya untuk belajar apa saja karena guru pada jaman dahulu tentu berbeda
dengan jaman sekarang, ia pernah mengajar berbagai mata pelajaran mulai dari
biologi sampai bahasa inggris. Banyak sifat-sifat yang telah ia turunkan kepada
anak perempuannya. Sosok yang hingga kini selalu mengalirkan kasih sayangnya
kepada saya, yang telah banyak mengajarkan segala hal…tidak hanya melalui lisan
tapi juga tindakan, darinya saya belajar arti sabar… seorang laki-laki yang
akan selalu saya sayangi dan takkan pernah saya lupakan seumur hidup. Setiap
tetesan keringat yang ia kucurkan untuk menghidupi keluarga membuat saya
bertekad agar bisa membuatnya bangga, tidak hanya di dunia tapi juga di
akhirat. Telah saya patri di hati yang paling dalam bahwa kelak akan saya persembahkan
mahkota kemuliaan untuk beliau (InsyaAllah…). Laki-laki itu menjadi sebab
keberadaan saya di dunia, ia menjadi saksi perjalanan hidup saya hingga saat
ini. Dialah seseorang yang biasanya saya panggil dengan sebutan “Abah”.
Terlalu banyak yang telah abah wariskan kepada saya mulai
dari ciri-ciri fisik, sifat bahkan sampai dengan hal-hal yang disukai. Berbagai
buku yang ia miliki menunjukkan beliau suka membaca dan ini salah satu yang
diturunkan kepada saya. Deretan buku yang tersusun rapi tak jarang menjadi
berantakan karena saya bongkar, jika satu buku selesai dibaca maka tak sabar
saya ingin membaca buku lainnya, akhirnya satu per satu buku berpindah posisi
yang tadinya di rak menjadi tak tau kemana J. Mulai dari majalah intisari
berbagai edisi, majalah pendidikan, cerita detektif sampai buku pelajaran
semuanya habis saya lahap.
Mengenang masa kecil bersama abah selalu membuat saya
tersenyum, kami pernah menanam ubi bersama di samping rumah dan ketika abah
yang sedang mencangkul menemukan cacing atau ulat, beliau akan menantangku
untuk memegangnya.
“Noh…pegang berani nggak?” ucapnya seraya menantangku.
Saya
yang pada dasarnya memiliki sifat pantang mengalah jika ditantang akan diam
sejenak, lalu dengan keberanian yang ada walaupun sebenarnya ada rasa takut
berusaha untuk memegang makhluk yang terlihat menjijikkan. Dari
kejadian-kejadian seperti itu saya belajar bagaimana menjadi seseorang yang
pemberani.
Abah yang dulu cukup lama hidup
sendiri sebagai bujangan membuat beliau bisa memasak dan sampai sekarang masih
suka bikin kue atau cemilan seperti keripik, tapi yang bagian ini sepertinya
tidak diwariskan kepada saya hahahaa…:-D.
Selain
suka bercocok tanam beliau juga sangat jago bermain catur, tak heran jika saya
dan kakak dari sejak kecil sudah lihai memainkan bidak catur. Meski tak tau
secara mendalam berbagai teknik permainan catur, yang saya tau bagaimana
caranya menghentikan langkah si “king” agar tak berkutik, skak matt! Jika sudah
seperti itu saya akan tersenyum penuh kemenangan kepada lawan. Kakak yang
biasanya memang lebih sering menang ketimbang saya, akan mati-matian menghindar
dari kekalahan jika saya berhasil me-skak matt-nya. Ada saja alasan yang dia
buat, mulai dari alasan mau ke WC, sakit perut sampai bidak yang akhirnya di
obrak-abrik (please don’t try at home ya…ini curang namanya! Hiks…).
Seiring waktu berlalu, saya kini
yang kian beranjak dewasa dengan segala usaha untuk meraih mimpi dan cita-cita
sering melupakan beliau…tak ku sadari gurat-gurat tua yang hari demi hari
nampak jelas di wajahnya. Ingin saya habiskan lebih banyak waktu bersamanya
seperti waktu kecil, tapi selalu saja ada yang menghalangi…Ah saya terlalu
banyak alasan! Sejauh apapun saya dari rumah, abah pasti selalu menanti saya
untuk pulang.
Entah dengan apa saya sanggup
membalas pengorbanannya, rasa lelahnya, tetes demi tetes keringatnya, kasih
sayangnya… semua yang abah beri dan ajarkan akan selalu membekas disini,
dihati. Abah yang dulu pernah bersusah payah mencarikan obat dari satu apotik
ke apotik lain, yang bersusah payah membiayai ketika saya masuk Rumah Sakit,
yang selalu setia mengantarkan saya check up… yang selalu berusaha memenuhi
permintaanku ketika saya sakit sejauh apapun jarak yang harus ditempuh…semua
yang kau lakukan takkan mungkin dapat saya balas.
Jika seluruh kata ungkapan sayang
dan cinta dikumpulkan jadi satu, semuanya takkan sanggup mewakilkan rasa yang
ada dihatiku terhadap abah… Jika satu kalimat yang dapat menggambarkan
perasaanku maka itu adalah “Aku sangat bersyukur Allah telah titipkan aku
kepada orang seperti abah”… dan jika hanya boleh berucap tiga kata maka akan ku
katakan “Putri sayang Abah!”
Saya memang tidak dapat memilih pada siapa saya dilahirkan
dan bagaimana orang tua saya, tapi saya dapat memilih untuk menjadi anak yang baik
& berbakti atau tidak. Allah…izinkan aku menjadi anak yang shalihah bagi
kedua orang tuaku agar kelak dapat menjadi tangguhan di hadapan-Mu agar dapat
membawa mereka bersama-sama berkumpul di indahnya jannah-Mu yang abadi.
Note:
Selesai dengan kucuran air mata yang kian deras dipenghujung kata.
Banjarbaru, 28 Feb 2013
10.00 pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar