“Aku kagum padamu…” ucap seorang
laki-laki.
“kenapa?”
“karena kau berbeda, kau punya cita-cita
yang mulia…”
“Betulkah seperti itu, apakah benar aku
sebaik yang kau kira…” batinku berbisik.
Aku masih tunduk dalam diam, mencerna
setiap kata yang kudengar. Aku takut jika rasa kagumnya dan segala prasangka
baik terhadap diriku ternyata tak sesuai dengan kenyataan. Mungkin aku tak
sebaik seperti yang kau kira.
“Aku menyukaimu…” ucapnya lirih.
“Lalu bagaimana dengan perempuan itu?
Seseorang yang pernah menjadi bagian dari perjalanan cintamu, yang kini masih
berharap kau mau menerimanya kembali…?”
Aku tau perempuan itu masih suka
menghubunginya dan ingin menjalin tali kasih seperti dulu lagi.
“Sudah lama perasaan itu hilang, semenjak ia lebih memilih mencaci maki daripada berusaha mengerti keadaanku…aku lelah, itu kenapa aku memutuskannya”
“Sudah lama perasaan itu hilang, semenjak ia lebih memilih mencaci maki daripada berusaha mengerti keadaanku…aku lelah, itu kenapa aku memutuskannya”
“Tapi kenapa kau memilih diam ketika dia
mengirimimu pesan…? Ketika dia masih berharap padamu? kenapa tak berusaha jujur
tentang keadaan sekarang…?”
“Aku hanya tak ingin menyakitinya,
biarkan saja seiring berjalannya waktu…semoga ada laki-laki lain yang datang
menghampirinya hingga ia dapat melupakanku”
Aku terhenyak… tak ada yang salah dari
perkataannya bahkan terkesan baik, ia hanya tak ingin melukai hati perempuan
itu. Tapi…tak dapatkah kau jelaskan padanya tentang hatimu yang telah tertaut
pada sosok lain, sosok yang kau katakan telah membuatmu kagum...yang ternyata
juga diam-diam menyimpan rasa suka.
Ah…aku sadar, aku masih bukan
siapa-siapa baginya… tak pantas jika aku menuntut terlalu banyak. Aku berusaha
mengerti dan menempatkan posisiku jika seandainya berada di posisi wanita itu
tentu aku juga tak ingin merasakan sakit lagi. Entah sampai kapan kamu memilih
diam dengan alasan tak ingin melukai hatinya…dan, bagaimana mungkin aku sanggup
bertahan dengan semua ini padahal aku juga punya segumpal daging bernama hati.
Mungkin kamu lupa bahwa aku juga
wanita…bahwa aku juga punya hati…sama seperti dia, yang kau jaga hatinya.
Jika diammu untuk tak melukai satu
hati…maka biarkan aku memilih diam dengan goresan-goresan luka yang akan
kusimpaan sendiri.
Banjarbaru, 7 Maret 2013
4.30 pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar