Pernahkah kalian merasa,
waktu kalian hanya tinggal beberapa detik? Ketika nafas telah diujung…ketika
jiwa siap terlepas dari raga, ketika malaikat pencabut nyawa terasa begitu
dekat…
Saya…ya,saya pernah
merasakannya…dalam rasa sakit yang mendera, dalam hela nafas yang kian menipis,
dalam tatapan mata yang mengawang-awang. Saya merasa telah tiba diakhir
perjalanan hidup didunia, meski sebenarnya ini bukanlah benar-benar akhir tapi
hanya pemberhentian sementara.
Sekelebat bayangan orang-orang yang pernah
menghiasi hidupku hadir silih berganti, diantara bayangan itu ada sosok yang
begitu lekat diingatanku… seakan rasa sakit tak mampu menghapusnya begitu saja.
Mereka yang telah Allah percayakan untuk menjaga, merawat serta melimpahi aku dengan
kasih sayang yang tiada tanding…kini dalam untaian air mata dan rasa sesak yang
menyelimuti dada, hanya bisa pasrah jika harus melepas anak yang telah ia
besarkan selama belasan tahun.
Saya masih bisa
merasakan kasih sayang seorang wanita yang telah mengandungku selama 9 bulan
dari genggaman lembut tangannya ketika saya meregang nyawa. Saat itu ada banyak
kata yang ingin kuucap tapi mulut serasa terkunci, bungkam seribu bahasa…bahkan
untuk sekedar mengucap kata maaf pun saya tak sanggup. Rasanya saya telah lupa
bagaimana cara berkomunikasi dengan orang lain. Dengan apa lagi saya harus
berbicara…?
Ya…saya masih punya hati, dan…Allah
selalu dapat mendengar juga mengetahui bahkan meski hanya terbersit. Melalui
hati saya bicara pada-Nya diantara waktu yang tersisa, sekali lagi aku mencoba
menatap sepasang bola mata wanita yang masih dengan setia melekatkan tangannya
di punggung tanganku yang kian tak berdaya. Dari tatapannya saya dapat membaca
“Nak…kembalilah pada-Nya jika kamu memang telah siap”, kutemukan ikhlas dari
wajahnya yang teduh. Sungguh, saya benar-benar tak siap jika harus pergi saat
itu. Tak ada seorang pun yang tau dan sanggup mendengar apa yang telah kupinta
melalui hati, lirih kuucap dengan kejujuran dan ketidakberdayaan…
”Allah… aku belum siap jika harus
kembali pada-Mu saat ini, aku belum sempat membahagiakan orang tuaku…beri aku
sedikit waktu untuk bisa membahagiakan mereka meski hanya untuk sekali saja…”,
ada hawa sejuk yang merasuk ketika usai mengucapkannya.
Di antara isak tangis
serta jerit suara yang tertahan dari mereka yang menjadi saksi perjuangan hidup
dan mati seorang anak manusia , saya masih berusaha mencari-cari nafas yang
terhembus melalui rongga hidung, masih terasa sesak sesaat…namun perlahan-lahan
ada udara lega yang datang menyeruak memenuhi sepasang paru-paru, ada tenaga
disetiap aliran darah yang mengalir, ada semangat dalam diri untuk tetap
bertahan…semangat yang selama ini rasanya telah sirna semenjak sakit itu
menyerang tubuh. Jantungku masih berdetak!
Maha Baik Engkau atas segala kuasa dan
izin-Mu memberiku waktu untuk berusaha mewujudkan inginku…
Jika hingga detik ini
aku masih bertahan, itu bukanlah tanpa alasan tapi karena satu tujuan…aku ingin
mengukir senyum bahagia di wajah kedua orang tuaku. Ini seperti kehidupan kedua
yang Allah berikan kepada saya, dan saya berusaha untuk tidak menyia-nyiakan
kesempatan yang ada… berusaha untuk lebih memberi banyak manfaat serta arti
bagi orang lain, berusaha membuat orang-orang yang saya sayangi bangga, jika
tidak…setidaknya saya tidak meninggalkan malu kepada mereka atau orang-orang
yang pernah mengenal saya.
Kalian tentu tidak
harus mengalami rasa sakit di ujung nafas seperti yang saya alami untuk
mendapatkan kehidupan kedua, kalian dapat memperoleh kehidupan kedua dari sekarang!
Untuk menjadi pribadi yang lebih baik, lebih bermanfaat dan taat. Allah tentu
masih berkenan menerima tobat kita selama aliran darah dalam urat nadi
mengalir, selama jantung masih berdetak, dan selama nafas masih
terhembus…jangan menunggu sampai semua itu terhenti.
Kematian kadang terasa
sangat manakutkan padahal ia hanyalah gerbang untuk menuju ke perjalanan
berikutnya, ia hanya sebuah proses yang pasti kita lalui untuk menghantarkan ke
haribaan-Nya, satu cara untuk kita agar bisa berjumpa dengan-Nya…
Dan sekali lagi, kita masih bisa memilih
dari sekarang…mulai saat ini! untuk mempersiapkan kematian yang indah…yang
meski akan ada untaian air mata dari orang-orang terkasih tapi kita akan
meninggalkan seulas senyum abadi. Akhirnya mereka akan ikhlas dan ridho melepas
kepergian kita, karena tau bahwa kita kembali dengan hati yang ikhlas pula…
mereka akan sadar bahwa ini adalah awal dari perjumpaan yang indah dengan
Rabbnya.
Banjarbaru, 3 Maret 2013
2.35 am