Selasa, 28 Januari 2014

Sajak



1.                              Hanya ingin mencatat kisah
Tentang sebuah rasa yang pernah membuatku lebih bernyawa
Meski takkan pernah cukup mengurainya lewat kata
Biarlah… ijinkan aku menjaga namamu agar tetap ada
Sebagai sejarah…
Untukmu yang pernah singgah…

Kenapa aku menulis...?


 
Akhir-akhir ini aku punya kegiatan baru yang sering aku lakukan yaitu menulis. Entah kenapa akhirnya jadi sangat suka dan sangat menikmati. Dulu memang sempat menulis tapi menulis puisi, itupun temanya kebanyakan masalah cinta hahaaa...:-D jadinya si puisi ini lebih seperti luapan hati seseorang yang patah hati, dan... tiap kali secara ga sengaja terbaca ulang (sebagian masih ada di binder) rasanya pengen cepat-cepat ambil korek api, Cesss...bakar!!! daripada bikin malu heheee... sama sekali ga ada “isi”nya, cintaaaa mulu...bukan kah hidup tidak hanya masalah cinta?*halah
            Sempat ada seorang teman yang nyeletuk “ kenapa ga nulis aja put..?!”
Tuing...seketika jadi terpikirkan untuk menulis, walaupun pada saat itu masih ga pede bisa atau ga, ngerasa ga ada bakat tapi jauh di dalam lubuk hati memang ada keinginan buat jadi penulis, akhirnya... “jadi penulis” masuk daftar target J. Entah berapa lama tu target “jadi penulis” nganggur...dibiarin tanpa ada tindakan yang nyata hingga akhirnya ketika aku merasa harus menyampaikan sesuatu yang tidak bisa tersampaikan lewat kata-kata maka dari situlah aku mulai menulis.
            Menulis sesuatu yang tidak hanya sekedar kata-kata tapi harus ada “isi” ...
Berharap dari rangkaian kata-kata yang meski sederhana namun dapat menebarkan kebaikan, motivasi dan semangat bagi yang membacanya...menyadarkan jiwa-jiwa yang lalai agar dapat menjadi “alarm” baik bagi orang lain maupun diri sendiri, dan...semoga ada hikmah yang bisa diambil disetiap tulisan yang tercipta.
            Terlepas dari apakah aku punya bakat atau tidak, itu tak menjadi masalah bagiku...yang aku tau aku hanya ingin terus menulis. Tidak hanya sekedar menggerakkan jari jemari tapi aku ingin selalu ada “hati” yang hadir disetiap goresannya karena... aku percaya jika aku menulis dengan hati maka akan sampai kepada hati yang lain pula, hati para pembaca.InsyaAllah...
            Ini adalah langkah awal yang bisa aku lakukan untuk mewujudkan mimpiku yang lain, semoga kelak ketika aku telah tinggal nama...akan ada orang-orang yang masih mengingatku melalui karya nyata berupa buku... semoga melalui buku akan ada amal yang terus mengalir ketika badanku telah terbujur kaku dalam sempitnya kubur...ada jejak kecil yang dapat ku ukir di dunia yang fana ini.
            Siapapun kalian...menulislah! selama itu untuk kebaikan...meskipun kau anggap sepele, tapi bukankah tidak ada kebaikan yang sia-sia...?!Allah tidak pernah memandang suatu kebaikan dari besar kecilnya, yang Ia tahu dan janjikan untuk balasan kebaikan adalah syurga. Jadi...tak ada alasan yang menghalangi kalian untuk menulis.
Jika kau tak sanggup tebarkan ilmu...sampaikan maksud lewat kata...memberi nasehat lewat lisan,maka...menulislah!
 
Seandainya tinta diseluruh dunia ini telah habis untuk menuliskan kata-kata, aku tetap ingin menulis meski harus dengan darah...dan, jika kertas nan putih tak lagi ada maka biarkan aku mengukir kata dikerasnya batu.

Selesai di sore akhir pekan, 
Banjarbaru 5. 45 pm
Minggu 27 Jan 2013

Cinta Di ujung Nafas





Pernahkah kalian merasa, waktu kalian hanya tinggal beberapa detik? Ketika nafas telah diujung…ketika jiwa siap terlepas dari raga, ketika malaikat pencabut nyawa terasa begitu dekat…
Saya…ya,saya pernah merasakannya…dalam rasa sakit yang mendera, dalam hela nafas yang kian menipis, dalam tatapan mata yang mengawang-awang. Saya merasa telah tiba diakhir perjalanan hidup didunia, meski sebenarnya ini bukanlah benar-benar akhir tapi hanya pemberhentian sementara.
 Sekelebat bayangan orang-orang yang pernah menghiasi hidupku hadir silih berganti, diantara bayangan itu ada sosok yang begitu lekat diingatanku… seakan rasa sakit tak mampu menghapusnya begitu saja. Mereka yang telah Allah percayakan untuk menjaga, merawat serta melimpahi aku dengan kasih sayang yang tiada tanding…kini dalam untaian air mata dan rasa sesak yang menyelimuti dada, hanya bisa pasrah jika harus melepas anak yang telah ia besarkan selama belasan tahun.
Saya masih bisa merasakan kasih sayang seorang wanita yang telah mengandungku selama 9 bulan dari genggaman lembut tangannya ketika saya meregang nyawa. Saat itu ada banyak kata yang ingin kuucap tapi mulut serasa terkunci, bungkam seribu bahasa…bahkan untuk sekedar mengucap kata maaf pun saya tak sanggup. Rasanya saya telah lupa bagaimana cara berkomunikasi dengan orang lain. Dengan apa lagi saya harus berbicara…?
Ya…saya masih punya hati, dan…Allah selalu dapat mendengar juga mengetahui bahkan meski hanya terbersit. Melalui hati saya bicara pada-Nya diantara waktu yang tersisa, sekali lagi aku mencoba menatap sepasang bola mata wanita yang masih dengan setia melekatkan tangannya di punggung tanganku yang kian tak berdaya. Dari tatapannya saya dapat membaca “Nak…kembalilah pada-Nya jika kamu memang telah siap”, kutemukan ikhlas dari wajahnya yang teduh. Sungguh, saya benar-benar tak siap jika harus pergi saat itu. Tak ada seorang pun yang tau dan sanggup mendengar apa yang telah kupinta melalui hati, lirih kuucap dengan kejujuran dan ketidakberdayaan…
 ”Allah… aku belum siap jika harus kembali pada-Mu saat ini, aku belum sempat membahagiakan orang tuaku…beri aku sedikit waktu untuk bisa membahagiakan mereka meski hanya untuk sekali saja…”, ada hawa sejuk yang merasuk ketika usai mengucapkannya.
Di antara isak tangis serta jerit suara yang tertahan dari mereka yang menjadi saksi perjuangan hidup dan mati seorang anak manusia , saya masih berusaha mencari-cari nafas yang terhembus melalui rongga hidung, masih terasa sesak sesaat…namun perlahan-lahan ada udara lega yang datang menyeruak memenuhi sepasang paru-paru, ada tenaga disetiap aliran darah yang mengalir, ada semangat dalam diri untuk tetap bertahan…semangat yang selama ini rasanya telah sirna semenjak sakit itu menyerang tubuh. Jantungku masih berdetak!
Maha Baik Engkau atas segala kuasa dan izin-Mu memberiku waktu untuk berusaha mewujudkan inginku…
Jika hingga detik ini aku masih bertahan, itu bukanlah tanpa alasan tapi karena satu tujuan…aku ingin mengukir senyum bahagia di wajah kedua orang tuaku. Ini seperti kehidupan kedua yang Allah berikan kepada saya, dan saya berusaha untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada… berusaha untuk lebih memberi banyak manfaat serta arti bagi orang lain, berusaha membuat orang-orang yang saya sayangi bangga, jika tidak…setidaknya saya tidak meninggalkan malu kepada mereka atau orang-orang yang pernah mengenal saya.
Kalian tentu tidak harus mengalami rasa sakit di ujung nafas seperti yang saya alami untuk mendapatkan kehidupan kedua, kalian dapat memperoleh kehidupan kedua dari sekarang! Untuk menjadi pribadi yang lebih baik, lebih bermanfaat dan taat. Allah tentu masih berkenan menerima tobat kita selama aliran darah dalam urat nadi mengalir, selama jantung masih berdetak, dan selama nafas masih terhembus…jangan menunggu sampai semua itu terhenti.
Kematian kadang terasa sangat manakutkan padahal ia hanyalah gerbang untuk menuju ke perjalanan berikutnya, ia hanya sebuah proses yang pasti kita lalui untuk menghantarkan ke haribaan-Nya, satu cara untuk kita agar bisa berjumpa dengan-Nya…
Dan sekali lagi, kita masih bisa memilih dari sekarang…mulai saat ini! untuk mempersiapkan kematian yang indah…yang meski akan ada untaian air mata dari orang-orang terkasih tapi kita akan meninggalkan seulas senyum abadi. Akhirnya mereka akan ikhlas dan ridho melepas kepergian kita, karena tau bahwa kita kembali dengan hati yang ikhlas pula… mereka akan sadar bahwa ini adalah awal dari perjumpaan yang indah dengan Rabbnya.

Banjarbaru, 3 Maret 2013
2.35 am

SKETSA DALAM MIMPI




Aku bermimpi
Melihat sketsa sepasang wajah di atas kertas putih
Laki-laki dan perempuan yang sedang tersenyum bahagia
Aku mengenalnya
Laki-laki itu adalah kamu
            Saat tersadar
            Aku bertanya
            Seperti itu kah kamu sekarang?
            Tersenyum bahagia 
            Seperti mimpi tadi malam
Aku harap begitu
Meski perempuan yang kulihat 
Dalam sketsa bersamamu
Bukanlah aku…

Banjarbaru, 5.30 am
Selasa 21 Januari 2014

Goodbye 2013 Welcome to 2014


 
Waktu setahun tak terasa, kini tinggal menghitung detik demi detik, maka tahun 2013 akan segera berganti… saat diluar sana orang-orang sedang asik melalui pergantian tahun dengan pesta pora atau riuh rendah suara petasan diiringi tiupan terompet serta gemerlap kembang api, saya lebih memilih untuk kembali memainkan jari jemari di atas tuts notebook kecil saya. Saya ingin mengabadikan hal-hal yang telah saya lalui sepanjang tahun 2013 kemarin melalui catatan kecil ini.
Setiap tahun yang telah lewat tentu memiliki kenangan tersendiri, seperti halnya tahun 2013, saat saya mencoba mengingat beberapa peristiwa yang terjadi ditahun ini, saya hanya bisa tersenyum seraya mengucap hamdalah. Sungguh betapa banyak nikmat serta anugerah yang Allah berikan dalam hidup saya, beberapa target yang telah saya goreskan dikertas putih satu per satu telah saya coret karena Allah berkenan mewujudkannya. Sujud syukur atas segala nikmat yang tak terhingga.
Awal tahun 2013 dengan sedikit keberanian dan modal nekat, saya mencoba hal baru yaitu menulis. Dunia yang tak pernah saya pikirkan sebelumnya untuk saya masuki. Berawal dari tulisan yang saya buat untuk seorang sahabat kemudian menyusul beberapa cerpen dan tulisan dengan tema yang berbeda, saya beranikan untuk mempublikasikan meski masih tidak percaya diri dengan karya sendiri, namun tak disangka beberapa teman memberikan tanggapan yang positif. Saya menyadari bahwa masih banyak hal yang perlu saya pelajari untuk membuat karya saya semakin bagus, oleh karena itu saya selalu siap menerima segala kritik dan saran dari orang lain atas setiap karya-karya saya. Jujur… saya sangat menghargai dan bersyukur jika ada yang merespon positif tulisan saya, segala bentuk pujian dari pembaca saya jadikan sebagai pemicu untuk terus berkarya dan berbagi lewat tulisan. Setelah sekian lama, saya menyadari bahwa menulis adalah hal yang menyenangkan. Saya seperti menemukan sesuatu yang berharga dalam hidup dan saya tak ingin membuang apa yang telah saya temukan. Dalam waktu kurang lebih 3 bulan, telah ada beberapa tulisan yang terkumpul. Saya kemudian nekat untuk membukukannya, dengan segala usaha akhirnya lahirlah buku pertama. Pertengahan tahun 2013 proses penerbitan buku pertama selesai, saat itu juga saya mencoret target untuk “menerbitkan buku” sebagai tanda tercapainya mimpi saya. Salah satu target hidup yang saya tuliskan di akhir tahun 2012 yang lalu.
Setelah selesai buku pertama, saya masih harus berjuang untuk mewujudkan mimpi saya yang lain yaitu menyelesaikan pendidikan S1 saya di tahun 2013. Beberapa tahun yang lalu, saya memang telah menargetkan untuk menyelesaikan kuliah dalam kurun waktu maksimal 5 tahun, oleh karena itu saya berjuang keras untuk bisa mencapainya. Dalam perjuangan menyelesaikan skripsi merupakan saat yang berat untuk dilalui, entah berapa kali saya meneteskan air mata karena perasaan tertekan dan berbagai hal yang terasa kian menyulitkan untuk sampai pada kata “lulus”, tapi saya memutuskan untuk melawan dan bertahan atas segala cobaan yang ada. Saat saya berada dititik lemah, yang bisa saya lakukan hanyalah berdoa dan tetap berusaha hingga akhir. Alhamdulillah… selalu ada kemudahan dan jalan keluar atas segala cobaan yang diberikan, kesabaran dan usaha yang telah dilakukan berbuah manis saat saya resmi diwisuda bulan oktober lalu. Rasanya sungguh bahagia bisa melihat senyum kedua orang tua saat itu. Satu lagi target saya tercapai.
Di penghujung 2013, tepatnya bulan desember tanpa diduga Allah memberikan kejutan yang terduga. Saat itu berawal dari kecintaan saya terhadap membaca, membuat saya sering mengunjungi perpustakaan di daerah Banjabaru, karena setelah lulus kuliah saya banyak memiliki waktu luang untuk membaca buku maka intensitas meminjam buku diperpustakaan menjadi meningkat. Suatu hari, tiba-tiba saya mendapat undangan untuk mengikuti acara pemilihan raja dan ratu baca yang diadakan perpustakaan tersebut. Sungguh saya senang dengan diadakannya acara ini, saya merasa minat saya diapresiasi. Dengan penuh semangat saya mengikuti acara. Akhirnya setelah bersaing dengan beberapa kandidat dan melalui test serta wawancara, saya terpilih menjadi juara 1 ratu baca katagori mahasiswa. Awalnya ada perasaan tidak percaya bahkan saat saya maju ke depan untuk mengambil piala, masih sempat bingung tapi sekaligus senang dengan prestasi ini. Sempat terharu dan bangga ketika nama fakultas saya disebutkan karena dalam acara tersebut, saya juga membawa nama almamater. Ah… bahkan ketika tinggal menghitung hari untuk pergantian tahun, Allah masih berkenan memberikan saya kebahagian.
Terlepas hal-hal buruk yang terjadi disepanjang tahun 2013, saya memilih untuk lebih mengingat hal-hal baik yang telah saya alami agar saya senantiasa bersyukur. Meski dari sebagian target dan cita-cita yang tercapai, ada pula berbagai hal yang ternyata tak sesuai rencana tapi saya tetap yakin bahwa Allah lebih mengetahui mana yang terbaik untuk saya. Ditahun ini, bayangan yang masih melekat dipikiran adalah ketika saya memegang dan menatap haru buku pertama saya, ketika saya merasa bahagia melihat senyum orang tua saat saya wisuda, ketika saya untuk pertama kalinya mendapat piala. Namun ditahun yang sama, 2013… saya juga kembali diajarkan untuk sabar dan ikhlas melalui seseorang yang harus saya relakan pergi dan memilih bahagia dengan jalan yang ia ingini, saya belajar memaafkan dari orang-orang yang pernah hadir kemudian berlalu dengan meninggalkan luka. Apapun itu, segala bentuk perilaku yang pernah membuat dada ini sesak… saya anggap adalah ujian yang Allah berikan untuk menjadikan saya orang yang lebih kuat. Mungkin itulah cara agar saya semakin menjadi dewasa seiring bertambahnya tahun yang berarti berkurangnya umur saya.
Saat tulisan ini selesai, tahun telah berganti menjadi 2014… dimasa yang akan datang saya hanya bisa berharap bahwa Allah tetap menjaga segala niat baik dan cita-cita saya agar tetap ada dihati hingga ia berkenan mewujudkannya, saya juga akan terus memohon kekuatan atas segala cobaan yang mungkin akan saya hadapi dimasa depan. Saya menantikan apa saja yang akan terjadi dihari-hari selama tahun 2014. Selamat tinggal 2013… selamat datang 2014.

Selesai  di Banjarbaru 2.15 am
Rabu, 1 Januari 2014