Minggu, 09 Maret 2014

Mengeja Lafadz-Nya



Satu lagi keinginan saya tercapai. Berbicara tentang impian atau target, sebenarnya impian saya yang satu ini sederhana saja, mungkin setahun yang lalu saya berkeinginan menjadi pengajar, entah sebagai pengajar disekolah atau dirumah seperti privat, yang penting saya bisa berbagi ilmu kepada orang lain. Dan hari ini adalah hari pertama saya mengajar.
            Saya merasa, ketika Tuhan menunda mewujudkan impian yang begitu ingin saya capai dalam waktu dekat, ia memilih untuk mewujudkan mimpi saya yang lain. Hal ini membuat saya kembali tersadar bahwa tak ada doa yang tak didengar oleh-Nya. Selalu ada jalan untuk segala niat baik yang kita inginkan, hanya saja kadang kita lupa ketika apa yang kita inginkan belum terpenuhi, seringkali hati diliputi rasa tak sabar, tanpa berusaha memahami bahwa sebenarnya Tuhan sedang menunggu waktu yang tepat.
            Bermula sebuah kabar yang datang dari seorang teman, ia mengatakan ada yang memerlukan seorang pengajar untuk baca tulis al-qur’an. Pertama kali mendengar saya memang sudah tertarik untuk menerima tawaran tersebut. Jujur, ada terselip sedikit keraguan akan kemampuan saya mengajar, takut jika saya tak mampu. Namun akhirnya, berbekal ilmu yang telah saya dapat dahulu selama mangaji, dengan ucapan bismillah serta niat untuk mengamalkan ilmu karena Allah, saya putuskan untuk menerima tawaran mengajar. Tanpa diduga, orang yang membutuhkan tenaga pengajar meminta saya mengajar lebih awal dari yang saya kira, meski agak terkejut tapi saya memenuhi permintaannya.
            Namanya Yusuf, seorang anak laki-laki kelas 4 SD. Awalnya saya agak gugup ketika pertama kali bertemu, namun karena ibunya begitu baik, lama-kelamaan saya menjadi terbiasa. Saya sangat senang dengan ibu Yusuf,  beliau begitu “welcome” sehingga saya yang aslinya agak pendiam dengan  orang yang baru dikenal menjadi merasa nyaman.
            Saat memulai pelajaran, saya mencoba menanyakan apa saja kesulitannya dalam belajar serta materi apa yang tak ia pahami. Ia mengatakan bahwa ia ingin sekali bisa menulis ayat al-qur’an. Selama kurang lebih satu jam, saya melihat semangat yang luar biasa dari anak kecil ini untuk belajar. Ketika saya menanyakan apakah ia capek dan menawarkan untuk istirahat, ia lebih memilih untuk melanjutkan pelajaran. Ah… betapa saya terenyuh melihat kegigihannya padahal beberapa saat yang lalu, kulihat dia menyeka keringat.
            Saya merasa sangat bersyukur, Tuhan sudah memenuhi keinginan saya. Tapi sungguh, saya lebih merasa bersyukur dipertemukan dengan Yusuf, saya seperti diingatkan agar tak berhenti belajar dan mencintai al-qur’an. Melalui yusuf, saya diberi kesempatan untuk merasakan kembali kebahagian serta nikmatnya berbagi ilmu, seperti dahulu ketika saya diminta guru ngaji untuk mengajari dan menjaga bacaan adik-adik di TPA.
            Ketika sekarang teman-teman saya sudah hidup mapan, bekerja di tempat-tempat yang menjanjikan materi, saya lebih memilih jalan ini. Ya… setiap orang punya takaran kebahagiannya masing-masing, meski terkadang hati saya menjerit karena menyadari hingga saat ini saya masih belum bisa membahagiakan dan memenuhi keinginan kedua orang tua. Saya tau, mereka mengharapkan saya bisa seperti kebanyakan orang, hidup layak, mandiri dengan gaji yang saya dapatkan dari pekerjaan yang sesuai dengan jenjang pendidikan saya. Sungguh, saya ingin sekali mengatakan pada mereka bahwa kebahagian bagi saya bukanlah terletak pada tumpukan materi, bahagia bagi saya adalah hal yang sederhana seperti ketika mengajarkan huruf hijaiyah kepada yusuf, melihatnya menggoreskan alif atau lam di atas kertas putih. Menebarkan manfaat dan ilmu yang telah didapat sebanyak-banyaknya kepada orang lain. Bahagia memang tak selalu dapat diukur dengan materi bukan?! Sekuat apapun kita mengejar semua hal yang berkaitan dengan dunia, takkan pernah kita temui ujungnya.
            Semoga semangat yang saya lihat saat pertama kali mengajar, akan dapat saya temui di hari-hari selanjutnya. Saya ingin dia merasakan, kegigihannya dalam belajar al-qur’an mampu melecutkan semangat saya untuk terus belajar juga. Dan mungkin, setiap kali saya bertemu dengannya, akan membuat saya menjaga satu mimpi yang begitu ingin saya capai. Seperti doa yang selalu saya bisikkan dalam relung hati, “Ya Allah… bantu saya menjaga niat baik ini agar tetap ada hingga engkau berkenan mewujudkannya.” Terima kasih Yusuf, hari ini engkau ajarkan kakak untuk tidak menyerah, untuk selalu berusaha. Kamu yang tak pernah lelah untuk terus mencoba menuliskan dan mengeja Lafadz-Nya dengan benar, membuat kakak bertanya pada diri sendiri “entah kapan terakhir kakak mempelajari al-qur’an segigih kamu?”

Banjarbaru, 4.05 am
10 maret 2014