Satu lagi keinginan
saya tercapai. Berbicara tentang impian atau target, sebenarnya impian saya
yang satu ini sederhana saja, mungkin setahun yang lalu saya berkeinginan
menjadi pengajar, entah sebagai pengajar disekolah atau dirumah seperti privat,
yang penting saya bisa berbagi ilmu kepada orang lain. Dan hari ini adalah hari
pertama saya mengajar.
Saya
merasa, ketika Tuhan menunda mewujudkan impian yang begitu ingin saya capai
dalam waktu dekat, ia memilih untuk mewujudkan mimpi saya yang lain. Hal ini
membuat saya kembali tersadar bahwa tak ada doa yang tak didengar oleh-Nya.
Selalu ada jalan untuk segala niat baik yang kita inginkan, hanya saja kadang
kita lupa ketika apa yang kita inginkan belum terpenuhi, seringkali hati diliputi
rasa tak sabar, tanpa berusaha memahami bahwa sebenarnya Tuhan sedang menunggu
waktu yang tepat.
Bermula
sebuah kabar yang datang dari seorang teman, ia mengatakan ada yang memerlukan
seorang pengajar untuk baca tulis al-qur’an. Pertama kali mendengar saya memang
sudah tertarik untuk menerima tawaran tersebut. Jujur, ada terselip sedikit
keraguan akan kemampuan saya mengajar, takut jika saya tak mampu. Namun
akhirnya, berbekal ilmu yang telah saya dapat dahulu selama mangaji, dengan
ucapan bismillah serta niat untuk mengamalkan ilmu karena Allah, saya putuskan
untuk menerima tawaran mengajar. Tanpa diduga, orang yang membutuhkan tenaga
pengajar meminta saya mengajar lebih awal dari yang saya kira, meski agak
terkejut tapi saya memenuhi permintaannya.
Namanya
Yusuf, seorang anak laki-laki kelas 4 SD. Awalnya saya agak gugup ketika
pertama kali bertemu, namun karena ibunya begitu baik, lama-kelamaan saya
menjadi terbiasa. Saya sangat senang dengan ibu Yusuf, beliau begitu “welcome” sehingga saya yang
aslinya agak pendiam dengan orang yang
baru dikenal menjadi merasa nyaman.
Saat
memulai pelajaran, saya mencoba menanyakan apa saja kesulitannya dalam belajar
serta materi apa yang tak ia pahami. Ia mengatakan bahwa ia ingin sekali bisa
menulis ayat al-qur’an. Selama kurang lebih satu jam, saya melihat semangat
yang luar biasa dari anak kecil ini untuk belajar. Ketika saya menanyakan
apakah ia capek dan menawarkan untuk istirahat, ia lebih memilih untuk
melanjutkan pelajaran. Ah… betapa saya terenyuh melihat kegigihannya padahal
beberapa saat yang lalu, kulihat dia menyeka keringat.
Saya
merasa sangat bersyukur, Tuhan sudah memenuhi keinginan saya. Tapi sungguh,
saya lebih merasa bersyukur dipertemukan dengan Yusuf, saya seperti diingatkan
agar tak berhenti belajar dan mencintai al-qur’an. Melalui yusuf, saya diberi
kesempatan untuk merasakan kembali kebahagian serta nikmatnya berbagi ilmu,
seperti dahulu ketika saya diminta guru ngaji untuk mengajari dan menjaga
bacaan adik-adik di TPA.
Ketika
sekarang teman-teman saya sudah hidup mapan, bekerja di tempat-tempat yang
menjanjikan materi, saya lebih memilih jalan ini. Ya… setiap orang punya
takaran kebahagiannya masing-masing, meski terkadang hati saya menjerit karena
menyadari hingga saat ini saya masih belum bisa membahagiakan dan memenuhi
keinginan kedua orang tua. Saya tau, mereka mengharapkan saya bisa seperti
kebanyakan orang, hidup layak, mandiri dengan gaji yang saya dapatkan dari
pekerjaan yang sesuai dengan jenjang pendidikan saya. Sungguh, saya ingin
sekali mengatakan pada mereka bahwa kebahagian bagi saya bukanlah terletak pada
tumpukan materi, bahagia bagi saya adalah hal yang sederhana seperti ketika
mengajarkan huruf hijaiyah kepada yusuf, melihatnya menggoreskan alif atau lam
di atas kertas putih. Menebarkan manfaat dan ilmu yang telah didapat
sebanyak-banyaknya kepada orang lain. Bahagia memang tak selalu dapat diukur
dengan materi bukan?! Sekuat apapun kita mengejar semua hal yang berkaitan
dengan dunia, takkan pernah kita temui ujungnya.
Semoga
semangat yang saya lihat saat pertama kali mengajar, akan dapat saya temui di
hari-hari selanjutnya. Saya ingin dia merasakan, kegigihannya dalam belajar
al-qur’an mampu melecutkan semangat saya untuk terus belajar juga. Dan mungkin,
setiap kali saya bertemu dengannya, akan membuat saya menjaga satu mimpi yang
begitu ingin saya capai. Seperti doa yang selalu saya bisikkan dalam relung
hati, “Ya Allah… bantu saya menjaga niat baik ini agar tetap ada hingga engkau
berkenan mewujudkannya.” Terima kasih Yusuf, hari ini engkau ajarkan kakak
untuk tidak menyerah, untuk selalu berusaha. Kamu yang tak pernah lelah untuk
terus mencoba menuliskan dan mengeja Lafadz-Nya dengan benar, membuat kakak
bertanya pada diri sendiri “entah kapan terakhir kakak mempelajari al-qur’an
segigih kamu?”
Banjarbaru, 4.05 am
10 maret 2014