Event Mozaik Blog Competition :http://lomenulis.com/post/75683551489/lomba-menulis-di-blog-writer-wannabe-juara-1 sponsored by beon.co.id.: beon.co.id
Kenapa sih harus menulis? Apa keuntungan
menjadi seorang penulis?
Mungkin pertanyaan
seperti ini pernah ditanyakan sebagian orang, bagi saya yang kini telah jatuh
cinta dengan dunia tulis menulis dan akhirnya bercita-cita suatu hari nanti
ingin menjadi penulis dengan berbagai karya yang bisa menginspirasi banyak
orang, menulis menjadi hal yang sangat menyenangkan untuk dilakukan bahkan telah menjadi sarana refresing bagi saya. Sama
halnya ketika membaca, saat menulis pun saya seperti memilki dunia sendiri,
dengan leluasa saya bisa berimajinasi dan merangkaikan kata demi kata. Namun
lebih daripada itu, menulis bagi saya merupakan tabungan ketika nanti saya
telah tiada.
Setiap apa yang kita
lakukan pasti akan dipertanggung jawabkan, begitu juga ketika menulis. Dulu
saya pernah mengikuti seminar kepenulisan, salah satu narasumbernya berkata
seperti ini, “sebagai seorang penulis,
berusahalah menuliskan hal-hal yang baik karena apa yang kita tulis dapat
berpengaruh kepada orang lain atau pembaca. Setiap apa yang kita tulis juga
akan dipertanggung jawabkan.” Mendengar kalimat tersebut membuat saya
menyadari bahwa betapa besar efek yang bisa ditimbulkan oleh sebuah tulisan,
saya juga menjadi semakin berhati-hati untuk menuliskan sesuatu, selalu saya
tanamkan dalam hati untuk memberikan hal yang baik serta bermanfaat disetiap
tulisan saya.
Jujur saja, saya baru 1
tahun belajar menulis. Awalnya saya justru tidak menyadari akan bakat atau
potensi yang saya miliki. Semua ini bermula ketika awal tahun 2013 lalu, saat
itu saya kesulitan menyampaikan sesuatu untuk seorang sahabat, tiba-tiba
terpikirkan untuk menyampaikannya lewat tulisan, akhirnya sayapun menulis.
Tulisan itu saya publikasikan dimedia sosial, beberapa waktu setelah itu saya
mencoba untuk menulis lagi namun berupa cerpen. Meski masih meragukan kemampuan
sendiri dalam menulis, saya memberanikan untuk mempublikasikannya kembali dan
saya bagikan kebeberapa teman, tanpa saya duga komentar yang mereka berikan
ternyata positif, bahkan ada yang bilang bahwa saya berbakat, dari situ saya
semakin percaya diri dan terus belajar untuk mengembangkan potensi. Saya
benar-benar menikmati moment ketika menulis, tanpa saya sadari dalam waktu tiga
bulan telah terkumpul dua puluh lebih hasil karya tulisan saya. Suatu hari ada
seorang teman yang mengusulkan untuk membukukan karya yang ada dan dia
memberikan kepada saya alamat suatu penerbit indie yang dapat menerbitkan buku,
tanpa pikir panjang sayapun langsung menghubungi penerbit tersebut.
Alhamdulillah… pertengahan tahun 2013 akhirnya buku pertama saya selesai cetak.
Saya benar-benar terharu ketika pertama kali memegang buku tersebut, tanpa
pernah saya mengira Tuhan telah mewujudkan mimpi dan keinginan saya untuk
menerbitkan buku. Di akhir tahun 2012 saya menuliskan target “menerbitkan
buku”, dan akhirnya tidak sampai satu tahun setelah itu saya sudah bisa
mencoretnya sebagai tanda telah terwujud.
Dari sejak kecil, saya
memang sangat menyukai membaca sehingga ketika mulai menulis tidak terlalu
kesulitan dalam mengembangkan atau mencari bahan tulisan. Ada yang bilang bahwa
kunci menjadi seorang penulis ada 2 yaitu banyak membaca dan menulis, jadi jika
ingin menghasilkan karya dan menjadi penulis yang hebat maka banyak-banyaklah
membaca. Dari sekian banyak penulis yang ada, saya cenderung lebih banyak
menyukai para penulis dalam negeri seperti Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim
Amrullah atau Buya Hamka, Andrea Hirata, A. Fuadi, Habiburrahman El-Shirazy, Donny Dhirgantoro, Sapardi Djoko Damono, Rindu . Karya-karya mereka benar-benar
menyihir saya hingga halaman terakhir ketika membacanya. Kekuatan kisah cinta
dalam nilai-nilai religius dibalut apik dalam buku-buku karangan Buya Hamka dan
Habiburrahman El-shirazy membuatnya meninggalkan kesan yang mendalam bagi para
pembaca, seperti tak lekang oleh zaman. Ditengah kemorosotan semangat belajar
para pemuda/i Indonesia karena berbagai faktor, semangat menuntut ilmu yang
begitu membara oleh para tokoh dalam buku Laskar Pelangi karya Andrea Hirata atau Lima Menara
karyanya A. Fuadi seakan menjadi pemicu untuk kembali memunculkan semangat
belajar yang kian padam, entah mengapa membaca buku mereka juga bisa
memunculkan tekad yang kuat untuk berani bermimpi. Untuk “5 cm” karya Donny Dhirgantoro,
saya hanya bisa berkata bahwa ini adalah buku yang telah banyak mempengaruhi
saya untuk berani dalam mencoba banyak hal dan merupakan buku ynag akan selalu
saya kenang sepanjang masa, kesannya tak pernah hilang hingga hari ini meski
telah bertahun-tahun yang lalu sejak saya menyelesaikan membaca bukunya. Dan,
puisi serta sajak karya Sapardi Djoko Damono tak pernah henti membuat saya
berdecak kagum akan kedalaman makna yang terkandung, saya seakan tak mengenal
jemu untuk kembali menikmati setiap baitnya. Seorang perempuan yang biasa
dipanggil Rindu, melalui tulisan-tulisannya diblog mampu membuat saya
menyingkirkan kata sakit untuk sebuah kehilangan. Rasa nyeri akibat ditinggalkan
oleh orang yang saya sayangi, perlahan-lahan memudar setiap kali saya larut
dalam kisah yang ia sampaikan dengan tutur kata yang sederhana. Saya menyukai
penuturannya yang selalu berusaha menyampaikan dengan hati dan terkesan apa
adanya, dan hal ini sedikit banyak mempengaruhi gaya penulisan saya.
Sungguh, saya ingin
suatu hari nanti bisa memiliki karya seperti mereka yang mampu menginsipirasi
dan menggugah semangat pembacanya, saya berharap akan semakin banyak orang yang
bisa menikmati tulisan saya karena meski telah menerbitkan satu buku namun saya
masih kesulitan untuk memasarkannya karena ini masih diterbitkan oleh penerbit
indie. Saya merasakan bagaimana susahnya diawal perjuangan menjadi seorang
penulis. Untuk bisa menerbitkan buku dipenerbit indie tersebut, saya harus
membayar sejumlah uang, ketika telah terbit saya juga mengalami kesulitan dalam
memasarkannya karena tidak ada koneksi dengan toko-toko buku, alhasil saya
hanya menawarkan kepada orang-orang terdekat seperti teman atau saudara.
Dicetaknya pun tidak sekaligus banyak, hanya jika ada yang memesan baru bukunya
dicetak. Kadang saya suka berpikir, “capek
banget ya… udah saya yang nulis, saya juga yang sibuk ngurus pemasaran dan
ngantar-ngantar bukunya ke pembeli, royaltinyapun tak seberapa.” Memang
kalau mau hitung-hitungan, justru saya yang rugi tapi saya mencoba
mengembalikannya pada niat awal saya
menulis, bahwa saya menulis untuk menebar kebaikan dan manfaat
sebanyak-banyaknya kepada orang lain, biarlah saya rugi secara materi atau uang
tapi mudah-mudahan dari buku yang sudah terbit ini, bisa menjadi salah satu
amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir ketika nanti saya terbujur kaku
di dalam kubur, dan nanti meski telah tiada, mereka yang masih hidup akan
mengenang saya ketika membaca buku tersebut. Dulu ketika saya mengatakan kepada
mama tentang keinginan untuk menjadi penulis, beliau justru mengatakan “Ngapain kuliah di teknik kalo malah jadi
penuli!” saya benar-benar sedih mendapat tanggapan seperti itu dari orang
yang sangat saya harapkan dukungannya, tapi hati kecil saya masih ingin terus
mencoba. Saya merasa tidak perlu menjelaskan apapun kepada mereka yang tidak
mendukung cita-cita saya, yang perlu saya lakukan hanyalah membuktikannnya
bahwa saya bisa. Saya percaya, Tuhan
selalu punya jalan untuk setiap mimpi yang ingin kita wujudkan, ia juga tak
pernah menutup mata akan kerja keras yang telah dilakukan. Terkadang saya
merasa miris, ketika saya begitu ingin mendapat dukungan dari keluarga, justru
dukungan itu datang dari orang lain seperti ketika seorang sahabat saya berkata
ia bangga memiliki teman seorang penulis seperti saya. Betapa saya sangat
terharu mendengarnya, Tuhan seperti ingin menjaga semangat yang ada didalam
diri saya untuk terus menulis.
Mari kita belajar dari
para orang-orang terdahulu seperti Ibnu Sina dan Einstein, meski telah
berabad-abad lamanya tapi mereka masih dikenang karena karyanya yang bisa kita
nikmati hingga saat ini melalui ilmu serta pemikiran-pemikiran yang telah
mereka tuliskan. Bayangkan jika ilmu dan pemikiran serta ide yang ada tidak
mereka tuangkan dalam bentuk tulisan, maka selamanya tak akan menjadi apa-apa.
Inti dari tulisan sebenarnya tidak sulit, engkau hanya perlu “melakukan!”,
sebanyak apapun ide yang ada dipikiran kalian takkan menjadi sebuah karya jika
enggan untuk menuliskannya.
Seandainya hari esok kita
tak lagi dapat menatap matahari, mungkin saja tulisan yang kita buat hari ini
mampu menjadi kenangan bagi mereka yang kita tinggalkan. Jangan pernah memakai
alasan apapun untuk menunda menghasilkan karya berupa tulisan, kita hanya perlu
mencoba untuk berani memulai, tulis saja semampunya dan apa yang kita ketahui
selama itu baik, percayalah tidak ada kebaikan yang sia-sia sekecil apapun itu
karena Tuhan tidak pernah mengenal kata kecil atau besar untuk sebuah kebaikan,
yang ia tau bahwa ia menjanjikan syurga bagi orang yang senantiasa berbuat
baik. Jadi, menulislah dari sekarang!
nice post :) wah keren, menulis = pahala tanpa batas, oke juga tuh hehhe oke keep writing for us :),.
BalasHapusgood luck yah lombanya !
Terima kasih Dewi Sri atas kunjungannya ke blog saya, silahkan intip post saya yg lainnya.Semoga bermanfaat.
BalasHapusSalam kenal:)