Rabu, 12 Februari 2014

[Mozaik Blog Competition 2014] Menulis = Pahala Tanpa Batas



Event Mozaik Blog Competition :http://lomenulis.com/post/75683551489/lomba-menulis-di-blog-writer-wannabe-juara-1 sponsored by beon.co.id.: beon.co.id
Kenapa sih harus menulis? Apa keuntungan menjadi seorang penulis?
Mungkin pertanyaan seperti ini pernah ditanyakan sebagian orang, bagi saya yang kini telah jatuh cinta dengan dunia tulis menulis dan akhirnya bercita-cita suatu hari nanti ingin menjadi penulis dengan berbagai karya yang bisa menginspirasi banyak orang, menulis menjadi hal yang sangat menyenangkan untuk dilakukan bahkan  telah menjadi sarana refresing bagi saya. Sama halnya ketika membaca, saat menulis pun saya seperti memilki dunia sendiri, dengan leluasa saya bisa berimajinasi dan merangkaikan kata demi kata. Namun lebih daripada itu, menulis bagi saya merupakan tabungan ketika nanti saya telah tiada.
Setiap apa yang kita lakukan pasti akan dipertanggung jawabkan, begitu juga ketika menulis. Dulu saya pernah mengikuti seminar kepenulisan, salah satu narasumbernya berkata seperti ini, “sebagai seorang penulis, berusahalah menuliskan hal-hal yang baik karena apa yang kita tulis dapat berpengaruh kepada orang lain atau pembaca. Setiap apa yang kita tulis juga akan dipertanggung jawabkan.” Mendengar kalimat tersebut membuat saya menyadari bahwa betapa besar efek yang bisa ditimbulkan oleh sebuah tulisan, saya juga menjadi semakin berhati-hati untuk menuliskan sesuatu, selalu saya tanamkan dalam hati untuk memberikan hal yang baik serta bermanfaat disetiap tulisan saya.
Jujur saja, saya baru 1 tahun belajar menulis. Awalnya saya justru tidak menyadari akan bakat atau potensi yang saya miliki. Semua ini bermula ketika awal tahun 2013 lalu, saat itu saya kesulitan menyampaikan sesuatu untuk seorang sahabat, tiba-tiba terpikirkan untuk menyampaikannya lewat tulisan, akhirnya sayapun menulis. Tulisan itu saya publikasikan dimedia sosial, beberapa waktu setelah itu saya mencoba untuk menulis lagi namun berupa cerpen. Meski masih meragukan kemampuan sendiri dalam menulis, saya memberanikan untuk mempublikasikannya kembali dan saya bagikan kebeberapa teman, tanpa saya duga komentar yang mereka berikan ternyata positif, bahkan ada yang bilang bahwa saya berbakat, dari situ saya semakin percaya diri dan terus belajar untuk mengembangkan potensi. Saya benar-benar menikmati moment ketika menulis, tanpa saya sadari dalam waktu tiga bulan telah terkumpul dua puluh lebih hasil karya tulisan saya. Suatu hari ada seorang teman yang mengusulkan untuk membukukan karya yang ada dan dia memberikan kepada saya alamat suatu penerbit indie yang dapat menerbitkan buku, tanpa pikir panjang sayapun langsung menghubungi penerbit tersebut. Alhamdulillah… pertengahan tahun 2013 akhirnya buku pertama saya selesai cetak. Saya benar-benar terharu ketika pertama kali memegang buku tersebut, tanpa pernah saya mengira Tuhan telah mewujudkan mimpi dan keinginan saya untuk menerbitkan buku. Di akhir tahun 2012 saya menuliskan target “menerbitkan buku”, dan akhirnya tidak sampai satu tahun setelah itu saya sudah bisa mencoretnya sebagai tanda telah terwujud.

Dari sejak kecil, saya memang sangat menyukai membaca sehingga ketika mulai menulis tidak terlalu kesulitan dalam mengembangkan atau mencari bahan tulisan. Ada yang bilang bahwa kunci menjadi seorang penulis ada 2 yaitu banyak membaca dan menulis, jadi jika ingin menghasilkan karya dan menjadi penulis yang hebat maka banyak-banyaklah membaca. Dari sekian banyak penulis yang ada, saya cenderung lebih banyak menyukai para penulis dalam negeri seperti Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau Buya Hamka, Andrea Hirata, A. Fuadi, Habiburrahman El-Shirazy, Donny Dhirgantoro, Sapardi Djoko Damono, Rindu . Karya-karya mereka benar-benar menyihir saya hingga halaman terakhir ketika membacanya. Kekuatan kisah cinta dalam nilai-nilai religius dibalut apik dalam buku-buku karangan Buya Hamka dan Habiburrahman El-shirazy membuatnya meninggalkan kesan yang mendalam bagi para pembaca, seperti tak lekang oleh zaman. Ditengah kemorosotan semangat belajar para pemuda/i Indonesia karena berbagai faktor, semangat menuntut ilmu yang begitu membara oleh para tokoh dalam buku Laskar  Pelangi karya Andrea Hirata atau Lima Menara karyanya A. Fuadi seakan menjadi pemicu untuk kembali memunculkan semangat belajar yang kian padam, entah mengapa membaca buku mereka juga bisa memunculkan tekad yang kuat untuk berani bermimpi. Untuk “5 cm” karya Donny Dhirgantoro, saya hanya bisa berkata bahwa ini adalah buku yang telah banyak mempengaruhi saya untuk berani dalam mencoba banyak hal dan merupakan buku ynag akan selalu saya kenang sepanjang masa, kesannya tak pernah hilang hingga hari ini meski telah bertahun-tahun yang lalu sejak saya menyelesaikan membaca bukunya. Dan, puisi serta sajak karya Sapardi Djoko Damono tak pernah henti membuat saya berdecak kagum akan kedalaman makna yang terkandung, saya seakan tak mengenal jemu untuk kembali menikmati setiap baitnya. Seorang perempuan yang biasa dipanggil Rindu, melalui tulisan-tulisannya diblog mampu membuat saya menyingkirkan kata sakit untuk sebuah kehilangan. Rasa nyeri akibat ditinggalkan oleh orang yang saya sayangi, perlahan-lahan memudar setiap kali saya larut dalam kisah yang ia sampaikan dengan tutur kata yang sederhana. Saya menyukai penuturannya yang selalu berusaha menyampaikan dengan hati dan terkesan apa adanya, dan hal ini sedikit banyak mempengaruhi gaya penulisan saya.
Sungguh, saya ingin suatu hari nanti bisa memiliki karya seperti mereka yang mampu menginsipirasi dan menggugah semangat pembacanya, saya berharap akan semakin banyak orang yang bisa menikmati tulisan saya karena meski telah menerbitkan satu buku namun saya masih kesulitan untuk memasarkannya karena ini masih diterbitkan oleh penerbit indie. Saya merasakan bagaimana susahnya diawal perjuangan menjadi seorang penulis. Untuk bisa menerbitkan buku dipenerbit indie tersebut, saya harus membayar sejumlah uang, ketika telah terbit saya juga mengalami kesulitan dalam memasarkannya karena tidak ada koneksi dengan toko-toko buku, alhasil saya hanya menawarkan kepada orang-orang terdekat seperti teman atau saudara. Dicetaknya pun tidak sekaligus banyak, hanya jika ada yang memesan baru bukunya dicetak. Kadang saya suka berpikir, “capek banget ya… udah saya yang nulis, saya juga yang sibuk ngurus pemasaran dan ngantar-ngantar bukunya ke pembeli, royaltinyapun tak seberapa.” Memang kalau mau hitung-hitungan, justru saya yang rugi tapi saya mencoba mengembalikannya pada  niat awal saya menulis, bahwa saya menulis untuk menebar kebaikan dan manfaat sebanyak-banyaknya kepada orang lain, biarlah saya rugi secara materi atau uang tapi mudah-mudahan dari buku yang sudah terbit ini, bisa menjadi salah satu amal jariyah yang pahalanya akan terus mengalir ketika nanti saya terbujur kaku di dalam kubur, dan nanti meski telah tiada, mereka yang masih hidup akan mengenang saya ketika membaca buku tersebut. Dulu ketika saya mengatakan kepada mama tentang keinginan untuk menjadi penulis, beliau justru mengatakan “Ngapain kuliah di teknik kalo malah jadi penuli!” saya benar-benar sedih mendapat tanggapan seperti itu dari orang yang sangat saya harapkan dukungannya, tapi hati kecil saya masih ingin terus mencoba. Saya merasa tidak perlu menjelaskan apapun kepada mereka yang tidak mendukung cita-cita saya, yang perlu saya lakukan hanyalah membuktikannnya bahwa saya bisa. Saya percaya,  Tuhan selalu punya jalan untuk setiap mimpi yang ingin kita wujudkan, ia juga tak pernah menutup mata akan kerja keras yang telah dilakukan. Terkadang saya merasa miris, ketika saya begitu ingin mendapat dukungan dari keluarga, justru dukungan itu datang dari orang lain seperti ketika seorang sahabat saya berkata ia bangga memiliki teman seorang penulis seperti saya. Betapa saya sangat terharu mendengarnya, Tuhan seperti ingin menjaga semangat yang ada didalam diri saya untuk terus menulis.
Mari kita belajar dari para orang-orang terdahulu seperti Ibnu Sina dan Einstein, meski telah berabad-abad lamanya tapi mereka masih dikenang karena karyanya yang bisa kita nikmati hingga saat ini melalui ilmu serta pemikiran-pemikiran yang telah mereka tuliskan. Bayangkan jika ilmu dan pemikiran serta ide yang ada tidak mereka tuangkan dalam bentuk tulisan, maka selamanya tak akan menjadi apa-apa. Inti dari tulisan sebenarnya tidak sulit, engkau hanya perlu “melakukan!”, sebanyak apapun ide yang ada dipikiran kalian takkan menjadi sebuah karya jika enggan untuk menuliskannya.
Seandainya hari esok kita tak lagi dapat menatap matahari, mungkin saja tulisan yang kita buat hari ini mampu menjadi kenangan bagi mereka yang kita tinggalkan. Jangan pernah memakai alasan apapun untuk menunda menghasilkan karya berupa tulisan, kita hanya perlu mencoba untuk berani memulai, tulis saja semampunya dan apa yang kita ketahui selama itu baik, percayalah tidak ada kebaikan yang sia-sia sekecil apapun itu karena Tuhan tidak pernah mengenal kata kecil atau besar untuk sebuah kebaikan, yang ia tau bahwa ia menjanjikan syurga bagi orang yang senantiasa berbuat baik. Jadi, menulislah dari sekarang!

2 komentar:

  1. nice post :) wah keren, menulis = pahala tanpa batas, oke juga tuh hehhe oke keep writing for us :),.
    good luck yah lombanya !

    BalasHapus
  2. Terima kasih Dewi Sri atas kunjungannya ke blog saya, silahkan intip post saya yg lainnya.Semoga bermanfaat.
    Salam kenal:)

    BalasHapus