Tahukah engkau cinta…?
Hari-hari yang ku lalui kian terasa berat semenjak aku mengerti apa arti cinta,
ketika aku bertekad untuk tidak lagi salah dalam meletakkannya... ketika telah
ku patri dalam dinding hati untuk tidak mamberikan cinta yang kupunya kepada
selain yang berhak, yaitu suamiku…jodoh cintaku. Terkadang lelah menghimpit
jiwa tatkala seseorang datang silih berganti menjadi bagian dari perjalananku
menunggumu, mereka hadir tanpa pernah kuduga menawarkan berjuta kebahagian dan
harapan namun tak pernah berujung pada keberanian menghadap waliku untuk
meminta secara haq. Maafkan aku cinta… jika terkadang aku lalai dalam menjaga
hati, jika hatiku tak cukup kokoh untuk tegar menantang godaan, aku masih
terlalu lemah. Meski pada awalnya terasa indah dan penuh dengan kebahagian dari
secuil perhatian yang mampu mereka berikan, namun apalah arti semua itu jika
pada akhirnya luka jualah yang tertoreh. Bagaimanapun juga mereka telah menjadi
bagian dari hidupku, aku tak pernah tahu maksud Tuhan dibalik semua yang pernah
ia hadirkan tapi aku telah belajar banyak dari apa yang terjadi, dari duka aku
belajar menghargai bahagia… dari kemarahan aku belajar memaafkan… dari tangisan
aku belajar arti sebuah senyuman, semuanya berotasi mengikuti alur bernama
kehidupan.
Cinta… ku gores tulisan
ini jauh sebelum aku mengenalmu, sebelum Tuhan menyatukan kita… ketika asaku
kian menipis dalam ujian yang terus menerpa, ketika ragaku tersungkur
dikaki-Nya memohon agar ia senantiasa berkenan menguatkan hatiku untuk bertahan
dalam balutan ikhlas dan sabar, ikhlas menerima segala keputusannya walau
terkadang sulit… sabar dalam menantimu hingga kau datang menjemputku. Aku ingin
kelak kau tau bahwa aku telah berusaha mempersembahkan yang terbaik bagimu. Tak
pernah kuragu sedikitpun akan janji-Nya, aku percaya engkau disana sedang
berusaha menjadi hamba-Nya yang lebih baik, layaknya aku disini. Tuhan bukan
sedang mengulur waktu pertemuan kita, ia justru sedang memberi kesempatan
kepada kita untuk memantaskan diri masing-masing.
Cinta... ingin katakan
dengan jujur bahwa aku takkan pernah bisa menjadi pasanganmu yang sempurna,
jika nanti ada cela yang kau temui pada diriku… kumohon lihatlah bagaimana aku
telah berusaha menjadi berharga bagimu. Terlalu banyak cacat yang aku punya,
tapi akan terus kucari sisi lebih yang telah Tuhan titipkan padaku agar kelak
akan ada hal-hal yang mampu kau banggakan dari tulang rusukmu ini. Jika suatu
ketika aku salah atau marah maka jangan bersikap kasar padaku, redam amarahku
dengan rengkuhan kasih sayang. Meski aku tak selalu terlihat cantik… jangan
katakan aku tak menarik, meski aku nanti akan menua… jangan katakan aku tak
lagi mempesona, meski akan ada yang lebih baik diluar sana… kumohon jangan
tergoda, dan jika masih ada seribu “meski” yang mampu membuatmu pergi dariku
maka tetaplah mencari seribu alasan agar engkau tetap berada disisiku. Untuk
membuatku bahagia terus memilikimu.
Cinta… saat ini banyak
orang yang mulai menanyakan kapan aku menikah? Sebuah pertanyaan yang mungkin
biasa bagi mereka yang telah merasakan pernikahan, namun tidak bagiku yang
masih sendiri…yang masih menunggumu. Pertanyaan itu terlalu sulit untuk aku
jawab karena aku tak pernah tau pasti, aku hanya terdiam dalam senyum untuk
menyembunyikan luka kecil yang tergores sempurna oleh apa yang telah mereka
lontarkan.
Cinta… entah dibelahan
bumi mana kini engkau berada, tak pernah kulewatkan dirimu disetiap doa-doaku
agar engkau senantiasa dalam penjagaan-Nya. Masih kugenggam erat keyakinan itu
bahwa suatu hari akan Tuhan pertemukan kita dengan caranya yang paling indah,
karena namamu telah ia sandingkan jauh sebelum kita menatap dunia.
Cinta… bila kita telah
bersama, jangan berjalan mendahuluiku atau berada dibelakangku tapi biarkan
beriring sejalan bersisian dalam derap langkah yang seirama. Engkau tau kemana
harus menuju, bawa aku selalu dalam langkah menuju ridho-Nya. Ajak aku untuk
selalu menjadi makmum di setiap sholat yang kita tegakkan, izinkan aku
memperdengarkan ayat-ayat suci dengan lembut dari mulutku yang mungil ketika
engkau penat akan dunia, izinkan aku memijit tubuhmu yang lelah untuk membalas
perjuanganmu mencari nafkah. Aku tak
bisa janjikan untuk selalu bersamamu di dunia ini karena kematian adalah
keniscayaan, raga kita pasti akan terpisah. Dikehidupan setelah ini, seandainya
Tuhan mengizinkan untuk kita bersama kembali… aku dengan senang hati akan
menjadi bidadarimu di syurga nanti.
“Ku gores hitam di atas
putih untuk seseorang yang kelak akan kucium penuh takzim punggung tangannya…
yang dengannya akan sempurnalah separuh agamaku. Seseorang yang dengan gagah
berani memintaku sesuai syariat kepada kedua orang tuaku untuk bersama
menjalani hidup yang tersisa… yang dengannya akan kutelusuri jalan menuju
syurga.”
Banjarbaru, 13 Maret 2013
3.00 am
Tidak ada komentar:
Posting Komentar