Siang itu cuaca sedang terik, aku
baru saja selesai mengurus keperluan Tugas Akhir dikampus, untuk melepas lelah
aku duduk didepan kantor Program Studi tempatku kuliah. Saat itu disampingku
duduk seorang sahabat yang juga teman satu angkatan. Ia memperhatikanku dari
ujung kepala sampai kaki, aku yang sebenarnya merasa agak risih diperhatikan seperti itu berusaha cuek dan
pura-pura tidak tahu sambil sesekali merapikan letak jilbab yang aku kenakan.
“Put…” ia mulai bersuara dan memanggilku.
“Ya…” jawabku singkat.
“Putri bagus ya pakai baju ini, pakai jilbab. Kayanya
pakai apa aja cocok”
“Haaah…???!!!” aku hanya melongo tapi juga malu
dibilang seperti itu.
“Masa iya bagus? perasaan kucel gini, udah hampir
setengah hari ini aku sibuk mengurus macam-macam dikampus sampai tidak terlalu
memperhatikan penampilan lagi. Apa iya masih keliatan bagus?” tanyaku dalam
hati.
“Kalo aku pakai baju kaya gini bagus ga ya? Aku pengen
pakai baju yang lebih menutup aurat dan mengenakan kerudung yang sampai menutup
dada seperti yang pernah aku baca di twitter tentang menutup aurat yang benar,
tapi ko’ kadang ga pede ya…” ungkapnya sambil memegang helaian baju yang aku
pakai. Aku hanya mampu tersenyum menanggapi setiap ucapannya.
“Aku
pengen hijrah...” ucapnya
dengan lirih sambil menunduk.
Hijrah??? Ia menyebutnya hijrah, bukan karena ia ingin
pindah dari satu tempat ke tempat lain melainkan ia memakai istilah ini untuk
menunjukkan niatnya yang ingin berubah menjadi orang yang lebih baik. Aku
tepekur dalam diam, bungkam. Tak lama setelah itu ia pamit untuk pulang karena
sudah dijemput.
Setelah beberapa hari kami tak berjumpa karena
kesibukan masing-masing dan perjumpaan kamarin yang begitu singkat terasa begitu
membekas di hatiku, kata-kata itu masih terngiang di telingaku. Sungguh, aku tak sanggup
untuk mengucapkan satu kalimat pun ketika ia mengatakan hal itu...hanya seulas
senyum yang terukir indah menghiasi wajahku. Tahukah engkau sahabat...? diamku
adalah karena bahagia yang membuncah, ingin rasanya saat itu memeluknya agar ia dapat merasakan rasa sesak
yang ada karena haru, ada butir-butir bening di pelupuk mata yang tertahan. Dan
akhirnya aku hanya mampu memegang tangannya dengan lembut, berusaha mengalirkan
energi positif yang tersisa. Melalui tulisan ini ku sampaikan…
Untuk sahabatku, meski niat itu masih belum sepenuhnya mampu
kau wujudkan tapi ku mohon jangan pernah berhenti untuk selalu berusaha menjadi
orang yang lebih baik. Berjalanlah perlahan-lahan menuju-NYA...
Jemput hidayah itu kawan...jangan hanya sekedar menunggu, bukankah kita
sering berdoa “Ya Allah... berikan kami hidayah, rahmat, serta petunjukmu...”
namun ketika Allah telah memberikannya dengan sedikit mengetuk pintu hati kita,
kita masih enggan menerima...masih ragu-ragu. Padahal hati kecil kita sudah
berontak untuk segera menuruti apa yang memang seharusnya menjadi kebenaran.
Ada kebahagian yang tak dapat terlukiskan ketika hidayah itu menyapa,
ketika melihat orang-orang disekitar terutama orang yang kita sayangi
bermetamorfosis J
Tak ingin kah kamu menjadi kupu-kupu yang cantik kelak?
Tahukah engkau bahwa setiap jengkal yang kau buat untuk mendekat
kepada-NYA maka sehasta Ia akan mendekatimu, dan setiap langkah yang kau ayun
untuk medekati-NYA maka Ia akan berlari mendekatimu... Ia selalu menantikanmu
di 1/3 malam terakhir saat Ia turun dari Arasy untuk mendengarkan segala keluh
kesah, mengabulkan doa-doa, dan mengampuni segala dosa yang pernah kita
perbuat... Ia merindukan tetesan air mata dari hambanya yang takut akan dosa dan
azabnya.
Pada akhirnya, mungkin aku tak akan pernah bisa
menyampaikannya langsung padamu, hanya lewat kata yang tersusun menjadi kalimat
demi kalimat ku harap kelak kau dapat temui makna. Aku, kamu dan semua manusia
yang ada di dunia ini memang tak ada yang sempurna. Terlalu banyak yang harus
kita benahi untuk menjadi hamba-Nya yang baik, tp mau kah kamu berjalan
bersama-sama denganku untuk saling mengingatkan dalam kebaikan...?
Kita tak pernah tau berapa lama lagi waktu yang tersisa, sebanyak apa
amal yang telah terkumpul, bahkan seberapa besar dosa yang telah kita
perbuat...maka dari itu jangan pernah menunggu apalagi untuk kebaikan. Bukankah
menunggu itu membosankan..?
Jangan biarkan Ia sang pemilik jiwa ini, yang maha segalanya menunggu
terlalu lama...
2.25 am
Banjarbaru, 15 Jan 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar