Rabu, 05 Februari 2014

HIJRAH



Siang itu cuaca sedang terik, aku baru saja selesai mengurus keperluan Tugas Akhir dikampus, untuk melepas lelah aku duduk didepan kantor Program Studi tempatku kuliah. Saat itu disampingku duduk seorang sahabat yang juga teman satu angkatan. Ia memperhatikanku dari ujung kepala sampai kaki, aku yang sebenarnya merasa agak risih  diperhatikan seperti itu berusaha cuek dan pura-pura tidak tahu sambil sesekali merapikan letak jilbab yang aku kenakan.
“Put…” ia mulai bersuara dan memanggilku.
“Ya…” jawabku singkat.
“Putri bagus ya pakai baju ini, pakai jilbab. Kayanya pakai apa aja cocok”
“Haaah…???!!!” aku hanya melongo tapi juga malu dibilang seperti itu.
“Masa iya bagus? perasaan kucel gini, udah hampir setengah hari ini aku sibuk mengurus macam-macam dikampus sampai tidak terlalu memperhatikan penampilan lagi. Apa iya masih keliatan bagus?” tanyaku dalam hati.
“Kalo aku pakai baju kaya gini bagus ga ya? Aku pengen pakai baju yang lebih menutup aurat dan mengenakan kerudung yang sampai menutup dada seperti yang pernah aku baca di twitter tentang menutup aurat yang benar, tapi ko’ kadang ga pede ya…” ungkapnya sambil memegang helaian baju yang aku pakai. Aku hanya mampu tersenyum menanggapi setiap ucapannya.
Aku pengen hijrah...” ucapnya dengan lirih sambil menunduk.

Hijrah??? Ia menyebutnya hijrah, bukan karena ia ingin pindah dari satu tempat ke tempat lain melainkan ia memakai istilah ini untuk menunjukkan niatnya yang ingin berubah menjadi orang yang lebih baik. Aku tepekur dalam diam, bungkam. Tak lama setelah itu ia pamit untuk pulang karena sudah dijemput.
Setelah beberapa hari kami tak berjumpa karena kesibukan masing-masing dan perjumpaan kamarin yang begitu singkat terasa begitu membekas di hatiku, kata-kata itu masih terngiang di telingaku. Sungguh, aku tak sanggup untuk mengucapkan satu kalimat pun ketika ia mengatakan hal itu...hanya seulas senyum yang terukir indah menghiasi wajahku. Tahukah engkau sahabat...? diamku adalah karena bahagia yang membuncah, ingin rasanya saat itu memeluknya agar ia dapat merasakan rasa sesak yang ada karena haru, ada butir-butir bening di pelupuk mata yang tertahan. Dan akhirnya aku hanya mampu memegang tangannya dengan lembut, berusaha mengalirkan energi positif yang tersisa. Melalui tulisan ini ku sampaikan…
Untuk sahabatku, meski niat itu masih belum sepenuhnya mampu kau wujudkan tapi ku mohon jangan pernah berhenti untuk selalu berusaha menjadi orang yang lebih baik. Berjalanlah perlahan-lahan menuju-NYA...
Jemput hidayah itu kawan...jangan hanya sekedar menunggu, bukankah kita sering berdoa “Ya Allah... berikan kami hidayah, rahmat, serta petunjukmu...” namun ketika Allah telah memberikannya dengan sedikit mengetuk pintu hati kita, kita masih enggan menerima...masih ragu-ragu. Padahal hati kecil kita sudah berontak untuk segera menuruti apa yang memang seharusnya menjadi kebenaran.
Ada kebahagian yang tak dapat terlukiskan ketika hidayah itu menyapa, ketika melihat orang-orang disekitar terutama orang yang kita sayangi bermetamorfosis J
Tak ingin kah kamu menjadi kupu-kupu yang cantik kelak?
Tahukah engkau bahwa setiap jengkal yang kau buat untuk mendekat kepada-NYA maka sehasta Ia akan mendekatimu, dan setiap langkah yang kau ayun untuk medekati-NYA maka Ia akan berlari mendekatimu... Ia selalu menantikanmu di 1/3 malam terakhir saat Ia turun dari Arasy untuk mendengarkan segala keluh kesah, mengabulkan doa-doa, dan mengampuni segala dosa yang pernah kita perbuat... Ia merindukan tetesan air mata dari hambanya yang takut akan dosa dan azabnya.
Pada akhirnya, mungkin aku tak akan pernah bisa menyampaikannya langsung padamu, hanya lewat kata yang tersusun menjadi kalimat demi kalimat ku harap kelak kau dapat temui makna. Aku, kamu dan semua manusia yang ada di dunia ini memang tak ada yang sempurna. Terlalu banyak yang harus kita benahi untuk menjadi hamba-Nya yang baik, tp mau kah kamu berjalan bersama-sama denganku untuk saling mengingatkan dalam kebaikan...?
Kita tak pernah tau berapa lama lagi waktu yang tersisa, sebanyak apa amal yang telah terkumpul, bahkan seberapa besar dosa yang telah kita perbuat...maka dari itu jangan pernah menunggu apalagi untuk kebaikan. Bukankah menunggu itu membosankan..?
Jangan biarkan Ia sang pemilik jiwa ini, yang maha segalanya menunggu terlalu lama...

2.25 am
Banjarbaru, 15 Jan 2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar