Saat itu saya dengan seorang teman sedang duduk dikoridor
kampus sambil bercengkrama. Sudah hampir setengah jam kami duduk disitu, tapi
dosen yang kami tunggu tak jua datang. Selang beberapa saat tiba-tiba kami
melihat ada seorang kakek penjual gulali, teman saya yang sedang duduk
disamping segera menarik-narik baju saya sambil memberi isyarat yang
mengarahkan untuk melihat si kakek. Saya menatap langkahnya yang gontai dengan
kepala menunduk, terlihat ia berjalan mengarah ke tempat kami duduk. Sesaat
saya hanya terpaku melihatnya dan membiarkannya berlalu dari hadapan kami.
“Ssstt…sttt… mpot beli dong gulalinya, kasian tuh si
kakek...”, bisik teman disamping yang membuat saya tersadar dari lamunan. Saya
segera merogoh tas untuk mengambil uang, untunglah pada saat itu si kakek belum
terlalu jauh dari tempat kami duduk karena ada seorang mahasiswa yang terlebih
dahulu membeli. Saya segera menghampiri si kakek dan membelinya… setelah itu
terlihat beberapa mahasiswa lain juga turut membeli gulali yang dijual si
kakek. Saya segera kembali ke tempat duduk dan bercengkrama sambil menikmati
manisnya gulali.
“Eh tau ga?! Kakek tadi pernah aku liat sebelumnya… ia pernah
berjualan sampai ke tempat tinggalku…” Ungkap teman saya.
“Wah jauh juga ya… kalo dibandingkan dari kampus kita ke
rumahmu, lumayan jauh… lha kamu aja biasanya pakai motor kalau mau ke kampus”
“Hu’umh…kasian ya padahal sudah tua…”
Saya
menatap punggung si kakek yang kian menjauh, semakin lama saya melihatnya
semakin manambah rasa iba. Kakek itu adalah kakek yang beberapa hari lalu juga
saya temui dipinggir jalan, saat itu saya hampir melewatkannya begitu saja
meski hati sudah terketuk untuk berbuat sesuatu… saya yang sedang menggunakan
sepeda motor masih mengikuti langkahnya dari kaca spion, akhirnya hati saya
tergerak untuk membeli. Segera saya putar arah untuk mengejar si kakek.
“Kek,beli gulalinya…”
“Wah sudah habis nak gulalinya…”
ucap si kakek.
Saya
pun kemudian berlalu, ada rasa senang dan bersyukur ketika mengetahui bahwa
gulali si kakek telah habis terjual tapi juga ada rasa sedih karena saya tak
bisa membantu dengan cara membelinya. Akhirnya saya hanya mampu mengucap
hamdalah serta menguntai sebuah doa semoga rezeki si kakek pada hari itu
lancar. Dan ternyata selang beberapa hari kemudian Allah berkenan mempertemukan
saya kembali dengan kakek tersebut dan memberi kesempatan untuk saya bisa
membeli jualannya.
Saya merasa salut dengan si kakek, diusia yang sudah tua ia
masih mau mengais rezeki dengan berjualan sedangkan sering saya temui
orang-orang yang usianya jauh lebih muda bahkan lebih sehat memilih mendapatkan
uang dengan cara meminta-minta. Hati saya miris membayangkan kakek tersebut,
seharusnya ia menikmati masa-masa tuanya berkumpul dengan sanak saudara… bukan
dengan cara bekerja menjajakan jualan dari satu tempat ke tempat lain. Entah
apakah ia masih punya keluarga… pikirin itu sempat hadir pula di benak saya.
Berbagai macam pertanyaan muncul mengusik ketenangan jiwa, seandainya ia hidup
sebatang kara, lalu siapa yang mengurusnya? Apa alasan yang membuat si kakek
mau berjualan? Bagaimana jika tidak setiap hari dagangannya laku terjual…?
Ya
Allah… saya tak sanggup membayangkannya…
Ditengah
kerasnya hidup… saya melihat perjuangan yang luar biasa dari kakek penjual
gulali, ia masih mau berusaha meski telah renta. Sementara saya…?!ah rasanya
malu jika harus membandingkan diri dengan si kakek, saya masih sering
menadahkan tangan kepada orang tua tanpa pernah mau tau bagaimana susahnya
mencari rezeki bahkan terkadang saya lupa untuk bersyukur atas rezeki yang
telah didapat. Sedangkan kakek tadi harus berjalan kaki puluhan kilometer hanya
untuk mendapatkan beberapa ribu perak, yang mungkin bagi kita nilainya tak
seberapa. Meski mungkin jualannya tidak selalu habis terjual setiap hari tapi
si kakek tak pernah letih untuk berusaha. Ya… hidup memang tak mudah bahkan ia
selalu menuntut perjuangan tanpa pernah mengenal usia. Hidup yang kita
perjuangkan bahkan tak selalu manis layaknya gulali yang dijual si kakek. Hidup
memang tak selalu manis… semanis gulali…
Banjarbaru,
12.30 pm
Sabtu,
4 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar