Senin, 16 Juni 2014

2+1 = 3




Entah mengapa saat itu teman saya mengajak makan ditempat yang tak biasa, karena ditraktir maka tak ada alasan untuk saya menolak. Saya masih duduk dengan tenang selama menunggu pesanan makan tersaji hingga mata saya menangkap sesosok laki-laki yang saya kenal, tapi… ia tak sendiri melainkan berdua dengan seorang wanita, saya memang belum pernah bertemu dengan wanita itu tapi saya dapat memastikan dari foto yang pernah saya lihat bahwa ia adalah pacarnya. Mereka duduk dipojok nyaris tak terlihat oleh saya hingga memerlukan waktu untuk menyadari keberadaan mereka.
Saya masih menatap sepasang kekasih yang duduk dipojok itu, berada di satu tempat makan yang sama bersama mereka bukanlah hal yang saya inginkan. Laki-laki yang sedang duduk bersama wanita itu adalah sosok yang tidak asing lagi bagi saya, kami sering berbagi kisah… membagi suka dan duka bersama, terkadang ia juga dengan sabar mendengarkan segala keluh-kesah, ia bahkan pernah ada disaat tersulit dalam hidup saya. Menjadi sahabat dari orang baik dan sabar seperti dia adalah hal yang indah dalam hidup saya.

Mereka terlihat tengah asik bercengkrama, laki-laki yang merupakan sahabat saya itu sedang antusias mendengarkan wanita disampingnya berbicara meski sesekali menatap saya dan melemparkan senyum. Saya hanya bisa membalasnya dengan senyum tertahan. Melihat mereka berdua membuat saya semakin sadar bahwa bagaimanapun dekatnya saya dengan laki-laki itu, saya tetap takkan bisa memasuki dunianya… dunia mereka berdua, dan hal itu yang membuat saya sekuat tenaga untuk menjaga hubungan persahabatan yang selama ini terjalin, tak boleh lebih! Rasa cinta mungkin saja hadir dihati tapi saya sudah terlebih dahulu membabat habis rasa itu sebelum ia sempat
tumbuh karena saya tau ada satu hati yang harus ia jaga, ada seorang wanita yang tak boleh saya lukai hatinya. Bagi wanita itu, laki-laki disampingnya adalah dunianya yang mampu membuat hidupnya penuh warna, mereka memiliki dunia yang indah berdua dan telah banyak menghabiskan waktu bersama dalam hitungan tahun. Sedangkan saya, saya akan tetap dapat hidup dengan dunia saya sendiri…tanpa orang lain! Dunia yang dapat saya lukis serta tetap berwarna meski saya seorang diri, meski lebih banyak warna kelam untuk duka tapi saya akan terus menggoreskan jingga untuk sebuah harapan.

Saya masih ingin menjaga hubungan persahabatanan ini hingga esok, lusa, sampai nanti… saya lebih memilih diam dengan segala rasa yang saya punya untuk laki-laki itu, sahabat saya. Diam bagi saya lebih baik daripada harus berucap tentang rasa, saya takut kehilangan dia sebagai sahabat. Saya takut harus merasakan rasanya tersisih, saya tak pantas menginginkan berada disisinya sementara disisi lain telah ada seorang wanita yang dengan setia menunggunya. Pada akhirnya saya jualah yang akan tetap sendiri.

Mereka berdua (2) adalah genap… dan saya adalah  1, ganjil… 2 (mereka) + 1 (saya) = 3 (kita), jika saya tetap memaksa toh hasilnya tetap akan ganjil meski dengan nilai yang berbeda maka saya putuskan untuk tetap sendiri tanpa harus menambah apalagi mengurangi. Biarlah tetap seperti itu, seperti apa adanya… biarkan saya tetap menjadi si ganjil dengan nilai 1, karena masalah hati dan perasaan terkadang tak dapat dihitung dengan menambah, menjumlah atau mengurangi, terkadang ia hanya perlu melepaskan dan merelakan.
Kata orang persahabatan dan cinta memiliki sekat pemisah yang tipis, setipis kulit ari (lapisan kulit terluar) namun biarkan saya tetap menjaga sekat itu, biarkan saya menjadikannya kokoh tak perduli setipis apapun yang mengahalangi antara keduanya.


“ Jika hidup menjadi berwarna dengan bersama berdua seperti kalian, maka bagiku…
Aku tak harus mengambil satu untuk menjadi dua agar membuat hidupku penuh warna.
Aku akan menjadi spektrum yang memancarkan cahaya putih dan merambatkannya melalui prisma yang kusebut cinta hingga terurai dalam warna-warna layaknya pelangi.”

Selesai 4.00 am
Banjarbaru, 15 Mei 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar