Entah mengapa saat itu teman saya mengajak makan ditempat
yang tak biasa, karena ditraktir maka tak ada alasan untuk saya menolak. Saya
masih duduk dengan tenang selama menunggu pesanan makan tersaji hingga mata
saya menangkap sesosok laki-laki yang saya kenal, tapi… ia tak sendiri
melainkan berdua dengan seorang wanita, saya memang belum pernah bertemu dengan
wanita itu tapi saya dapat memastikan dari foto yang pernah saya lihat bahwa ia
adalah pacarnya. Mereka duduk dipojok nyaris tak terlihat oleh saya hingga
memerlukan waktu untuk menyadari keberadaan mereka.
Saya masih menatap sepasang kekasih yang duduk dipojok itu, berada
di satu tempat makan yang sama bersama mereka bukanlah hal yang saya inginkan. Laki-laki
yang sedang duduk bersama wanita itu adalah sosok yang tidak asing lagi bagi
saya, kami sering berbagi kisah… membagi suka dan duka bersama, terkadang ia
juga dengan sabar mendengarkan segala keluh-kesah, ia bahkan pernah ada disaat
tersulit dalam hidup saya. Menjadi sahabat dari orang baik dan sabar seperti
dia adalah hal yang indah dalam hidup saya.
Mereka terlihat tengah asik bercengkrama, laki-laki yang
merupakan sahabat saya itu sedang antusias mendengarkan wanita disampingnya
berbicara meski sesekali menatap saya dan melemparkan senyum. Saya hanya bisa
membalasnya dengan senyum tertahan. Melihat mereka berdua membuat saya semakin
sadar bahwa bagaimanapun dekatnya saya dengan laki-laki itu, saya tetap takkan
bisa memasuki dunianya… dunia mereka berdua, dan hal itu yang membuat saya sekuat
tenaga untuk menjaga hubungan persahabatan yang selama ini terjalin, tak boleh
lebih! Rasa cinta mungkin saja hadir dihati tapi saya sudah terlebih dahulu
membabat habis rasa itu sebelum ia sempat
tumbuh karena saya tau ada satu hati
yang harus ia jaga, ada seorang wanita yang tak boleh saya lukai hatinya. Bagi
wanita itu, laki-laki disampingnya adalah dunianya yang mampu membuat hidupnya
penuh warna, mereka memiliki dunia yang indah berdua dan telah banyak
menghabiskan waktu bersama dalam hitungan tahun. Sedangkan saya, saya akan
tetap dapat hidup dengan dunia saya sendiri…tanpa orang lain! Dunia yang dapat
saya lukis serta tetap berwarna meski saya seorang diri, meski lebih banyak
warna kelam untuk duka tapi saya akan terus menggoreskan jingga untuk sebuah
harapan.
Saya masih ingin menjaga hubungan persahabatanan ini hingga
esok, lusa, sampai nanti… saya lebih memilih diam dengan segala rasa yang saya
punya untuk laki-laki itu, sahabat saya. Diam bagi saya lebih baik daripada
harus berucap tentang rasa, saya takut kehilangan dia sebagai sahabat. Saya
takut harus merasakan rasanya tersisih, saya tak pantas menginginkan berada
disisinya sementara disisi lain telah ada seorang wanita yang dengan setia
menunggunya. Pada akhirnya saya jualah yang akan tetap sendiri.
Mereka berdua (2) adalah genap… dan saya adalah 1, ganjil… 2 (mereka) + 1 (saya) = 3 (kita),
jika saya tetap memaksa toh hasilnya tetap akan ganjil meski dengan nilai yang
berbeda maka saya putuskan untuk tetap sendiri tanpa harus menambah apalagi
mengurangi. Biarlah tetap seperti itu, seperti apa adanya… biarkan saya tetap
menjadi si ganjil dengan nilai 1, karena masalah hati dan perasaan terkadang
tak dapat dihitung dengan menambah, menjumlah atau mengurangi, terkadang ia
hanya perlu melepaskan dan merelakan.
Kata orang persahabatan dan cinta memiliki sekat pemisah yang
tipis, setipis kulit ari (lapisan kulit terluar) namun biarkan saya tetap
menjaga sekat itu, biarkan saya menjadikannya kokoh tak perduli setipis apapun
yang mengahalangi antara keduanya.
“ Jika hidup menjadi berwarna dengan bersama
berdua seperti kalian, maka bagiku…
Aku tak harus mengambil satu untuk
menjadi dua agar membuat hidupku penuh warna.
Aku akan menjadi spektrum yang
memancarkan cahaya putih dan merambatkannya melalui prisma yang kusebut cinta
hingga terurai dalam warna-warna layaknya pelangi.”
Selesai 4.00 am
Banjarbaru, 15 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar