Selasa, 28 Januari 2014

Cinta Di ujung Nafas





Pernahkah kalian merasa, waktu kalian hanya tinggal beberapa detik? Ketika nafas telah diujung…ketika jiwa siap terlepas dari raga, ketika malaikat pencabut nyawa terasa begitu dekat…
Saya…ya,saya pernah merasakannya…dalam rasa sakit yang mendera, dalam hela nafas yang kian menipis, dalam tatapan mata yang mengawang-awang. Saya merasa telah tiba diakhir perjalanan hidup didunia, meski sebenarnya ini bukanlah benar-benar akhir tapi hanya pemberhentian sementara.
 Sekelebat bayangan orang-orang yang pernah menghiasi hidupku hadir silih berganti, diantara bayangan itu ada sosok yang begitu lekat diingatanku… seakan rasa sakit tak mampu menghapusnya begitu saja. Mereka yang telah Allah percayakan untuk menjaga, merawat serta melimpahi aku dengan kasih sayang yang tiada tanding…kini dalam untaian air mata dan rasa sesak yang menyelimuti dada, hanya bisa pasrah jika harus melepas anak yang telah ia besarkan selama belasan tahun.
Saya masih bisa merasakan kasih sayang seorang wanita yang telah mengandungku selama 9 bulan dari genggaman lembut tangannya ketika saya meregang nyawa. Saat itu ada banyak kata yang ingin kuucap tapi mulut serasa terkunci, bungkam seribu bahasa…bahkan untuk sekedar mengucap kata maaf pun saya tak sanggup. Rasanya saya telah lupa bagaimana cara berkomunikasi dengan orang lain. Dengan apa lagi saya harus berbicara…?
Ya…saya masih punya hati, dan…Allah selalu dapat mendengar juga mengetahui bahkan meski hanya terbersit. Melalui hati saya bicara pada-Nya diantara waktu yang tersisa, sekali lagi aku mencoba menatap sepasang bola mata wanita yang masih dengan setia melekatkan tangannya di punggung tanganku yang kian tak berdaya. Dari tatapannya saya dapat membaca “Nak…kembalilah pada-Nya jika kamu memang telah siap”, kutemukan ikhlas dari wajahnya yang teduh. Sungguh, saya benar-benar tak siap jika harus pergi saat itu. Tak ada seorang pun yang tau dan sanggup mendengar apa yang telah kupinta melalui hati, lirih kuucap dengan kejujuran dan ketidakberdayaan…
 ”Allah… aku belum siap jika harus kembali pada-Mu saat ini, aku belum sempat membahagiakan orang tuaku…beri aku sedikit waktu untuk bisa membahagiakan mereka meski hanya untuk sekali saja…”, ada hawa sejuk yang merasuk ketika usai mengucapkannya.
Di antara isak tangis serta jerit suara yang tertahan dari mereka yang menjadi saksi perjuangan hidup dan mati seorang anak manusia , saya masih berusaha mencari-cari nafas yang terhembus melalui rongga hidung, masih terasa sesak sesaat…namun perlahan-lahan ada udara lega yang datang menyeruak memenuhi sepasang paru-paru, ada tenaga disetiap aliran darah yang mengalir, ada semangat dalam diri untuk tetap bertahan…semangat yang selama ini rasanya telah sirna semenjak sakit itu menyerang tubuh. Jantungku masih berdetak!
Maha Baik Engkau atas segala kuasa dan izin-Mu memberiku waktu untuk berusaha mewujudkan inginku…
Jika hingga detik ini aku masih bertahan, itu bukanlah tanpa alasan tapi karena satu tujuan…aku ingin mengukir senyum bahagia di wajah kedua orang tuaku. Ini seperti kehidupan kedua yang Allah berikan kepada saya, dan saya berusaha untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada… berusaha untuk lebih memberi banyak manfaat serta arti bagi orang lain, berusaha membuat orang-orang yang saya sayangi bangga, jika tidak…setidaknya saya tidak meninggalkan malu kepada mereka atau orang-orang yang pernah mengenal saya.
Kalian tentu tidak harus mengalami rasa sakit di ujung nafas seperti yang saya alami untuk mendapatkan kehidupan kedua, kalian dapat memperoleh kehidupan kedua dari sekarang! Untuk menjadi pribadi yang lebih baik, lebih bermanfaat dan taat. Allah tentu masih berkenan menerima tobat kita selama aliran darah dalam urat nadi mengalir, selama jantung masih berdetak, dan selama nafas masih terhembus…jangan menunggu sampai semua itu terhenti.
Kematian kadang terasa sangat manakutkan padahal ia hanyalah gerbang untuk menuju ke perjalanan berikutnya, ia hanya sebuah proses yang pasti kita lalui untuk menghantarkan ke haribaan-Nya, satu cara untuk kita agar bisa berjumpa dengan-Nya…
Dan sekali lagi, kita masih bisa memilih dari sekarang…mulai saat ini! untuk mempersiapkan kematian yang indah…yang meski akan ada untaian air mata dari orang-orang terkasih tapi kita akan meninggalkan seulas senyum abadi. Akhirnya mereka akan ikhlas dan ridho melepas kepergian kita, karena tau bahwa kita kembali dengan hati yang ikhlas pula… mereka akan sadar bahwa ini adalah awal dari perjumpaan yang indah dengan Rabbnya.

Banjarbaru, 3 Maret 2013
2.35 am

Tidak ada komentar:

Posting Komentar